Kamis, 19 Maret 2015

BENCI WAKTU

Image result for waktu

Di malam yang penuh perenungan dan penantian ini, bukan canda tawa yang akan daku bagi. Melainkan keresahanku akan cepatnya waktu pergi, berlalu, dan tak akan singgah kembali. Waktu sungguh tega memisahkan aku dengan segala kenangan, kesenangan, dan kenyamanan yang aku rasakan saat ini.

Rasanya aku ingin gunting nadi waktu dengan silet yang tega sejahat itu. Tapi, jika bukan karenanya aku hanya diam dan tak akan melangkah lebih jauh kedepan. Mungkin, waktu akan bertanggung jawab dengan mengganti rugi apa yang telah dia rebut dengan jutaan cerita misterius yang ia siapkan di masa depan.

Teringat tiga tahun lalu, dengan tampang cupu dan lugu, aku melangkah dengan penuh damba dan sukacita membuka pintu kelasku untuk pertama kalinya. Disana aku melihat berbagai sosok manusia yang baru aku jumpa di tempat yang asing itu. Naluri ku sebagai makhluk sosial, tentu saja memberikanku suntikan keberanian untuk sekedar mengatakan "Hai, Boleh kenalan? Nama kamu siapa?" dengan mereka, mungkin terdengar sepele dan biasa, namun kesempatan pertama saat ku berkenalan dengan mereka, sungguh tak akan aku lupa dalam memori otaku yang melebihi memori HP-ku. 

Masa perkenalan dan adaptasi di lingkungan baru merupakan kenangan yang sukar dilupakan, tak semudah kamu melupakan segala janji-janji manis yang telah kamu tawarkan. Di masa adaptasi, kita semua merasa sama berat dan sama tinggi, tidak ada yang lebih itu dan ini, di masa ini teman-temanku terlihat sangat polos seolah bayi yang baru mengintip dunia dan segala keangkuhannya. 

Adaptasi yang aku alami bisa dibilang telah sukses, indikator sukses disini adalah disaat kamu bisa merasakan kenyamanan, ketentraman, dan ketenangan di tempat yang baru bahkan melebihi yang kamu rasakan di tempat lama. Jangan lupa, satu lagi indikator kesuksesan adaptasi adalah disaat kamu memiliki gairah yang tinggi untuk pergi kesana, untuk menghabiskan waktu yang lama, dan pulang meninggalkan tempat itu dengan langkah gontai seolah berat untuk pergi dan mengucapkan salam perpisahan yang singkat 'Sampai jumpa esok hari'. 
 
Ketika kesuksesan adaptasi telah aku genggam dan junjung tinggi, maka fase selanjutnya yang aku harus lewati adalah fase yang paling banyak menggoreskan kenangan dengan tinta kebahagiaan dan kepedihan. Fase ini adalah fase dimana kita telah saling mengenal, saling akrab, bahkan tak sedikit dari kalian yang aku yakin merasakan getaran ketertarikan yang kalian tutupi dengan dalih pertemanan. 

Keinginan menjalin hubungan dalam pertemanan bertentangan dengan hati yang tak ingin merasakan sebuah kehilangan, bahkan banyak yang mengorbankan perasaan itu karena ketakutan akan kehilangan kenyamanan, kehilangan sebuah perasaan dimana setiap kata-kata saat kita berbincang yang membuat hati ini seolah ingin berlari mengejar cinta yang dia cari. Banyak yang tidak berani mengambil resiko jika harapan tak sejalan dengan kenyataan. Air matalah menjadi pengubur perasaan itu yang semakin dipendam maka semakin dalam lah rasa sayang yang telah dirajut dengan rapi.

Mungkin itu hanya ketakutan belaka, disudut yang tidak pernah kamu tahu, disaat dia mencurahkan segala keluh, kesah, dan amarah kepada sang pencipta, namamu lah yang paling sering ia adukan kepadanya yang berbentuk sebuah doa ingin bersama. Jika tidak ingin tersiksa dengan rasa yang entah darimana asalnya, obatnya hanya berterus terang kepadanya, bukan berterus terang kepada teman atau sahabat.

Aku bersyukur kepada-Nya, karena di setiap rasa yang aku pendam, sebelum menjadi luka yang entah kapan akan padam, aku selalu berterus terang kepadanya. Setelah itu, aku bisa memutuskan dia layak untuk diperjuangkan atau dilupakan. Ketika kejujuran ku dibalas dengan hal sebuah perasaan yang sama, selamat kamu layak untuk bahagia bersama sosok pria berkacamata. 

Ketika sebuah hubungan yang diresmikan oleh sebuah angka, hari demi hari akan berubah menjadi detik, karena waktu terasa bagai kilat di langit yang kusut. Kebahagiaan membuat waktu seakan sedang berlari marathon yang berlalu meninggalkan keadaan dalam suasana penuh kenyamanan. Kebahagiaan juga yang membuat kita lupa akan waktu dimana salah satu diantara kita harus pergi meninggalkan dalam sebuah keadaan. Mungkin bukan perpisahan dengan memutuskan hubungan, melainkan perpisahan dengan tempat yang biasa kita berdiri untuk berpijak di lantai yang sama. 

Disaat aku pergi, mungkin tempat yang pernah kita singgahi bersama akan seperti museum yang penuh sejarah dan cerita di dalamnya. Disaat aku pergi juga mungkin di tempat itu akan diputar film berjudul 'Kita' yang hanya memiliki dua tokoh utama, yaitu aku dan kamu. Kenangan membuat kita ber-angan tentang masa lalu yang panjang terurai tanpa pengikat. 

Namun, hanya perpisahan tempat bukan lah sesuatu yang menakutkan. Di titik puncak di duduki oleh perpisahan dimana telah digunting dan dipotongnya suatu hubungan dengan tajamnya rasa ego masing-masing. Saat itu merupakan keadaan yang tidak ingin dan tidak terpikirkan oleh mereka yang saling membahagiakan. Bagi mereka, mungkin ini hanya fiktif dan karangan belaka. Mungkin bagi mereka membayangkan saja sudah cukup membuat tersiksa.

Mungkin disaat kita tak lagi bersama, tawa mu akan hanya tinggal bisa terngiang dalam bayang. Disaat kita tak lagi bisa bersatu, mungkin rindu hanya sebatas rindu yang tidak akan perujung kepada bertemu. Disaat kita berbeda tempat, mungkin hanya khayal mu yang akan menemani kesendirianku. Semoga kata mungkin di paragraf ini, bisa ditambahkan kata 'Tidak' di depannya.

4 komentar:

  1. Mungkin waktu itu rasanya sama saja :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waktu ibaratkan air yang rasa dasarnya sama. Tergantung kita ingin membuat air itu menjadi seperti apa:)

      Hapus
  2. waktu kita menghabiskan waktu bersama, hanya tinggal sebuah kenangan indah.
    hmm, keren juga penutup postingnya.
    gue coba tambahin "tidak" di paragraf terakhir :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap. Hanya tinggal kenangan yang dikenang sebelum tidur.
      Azek makasih bro :)

      Hapus